The Story with 'Pelabuhan Ratu'

Perjalanan singkat ini di mulai sejak pukul 24.00. Berbagai persiapan sudah dilakukan sebelum keberangkatan. Berbagai makanan dan barang-barang yang akan digunakan nanti mulai dimasukkan ke dalam mobil. Kami berangkat dengan ucapan 'bismillah' semoga Allah melindungi kami semua dalam perjalanan ini. Enam mobil pun mulai berjalan beriringan menuju tempat yang kami tuju, Pelabuhan Ratu, Sukabumi.
Kurang lebih 4 jam perjalanan, akhirnya kami sampai ditujuan. Dengan penuh rasa syukur, diluangkan waktu untuk sujud pada-Nya sesampainya di sana.
Melihat pemandangan yang berbeda dengan kota Bandung, membuat kami tertegun, indah sekali pemandangan di depan mata kami. Saat itu masih pagi kira-kira pukul 06.00, udara masih dingin, langit masih kebiruan, lampu-lampu masih menyala memberikan secercah sinar, dan suara riak ombak dikejauhan menemani kami pagi itu di pantai Pelabuhan Ratu. Pemandangan yang luar biasa.
Seiring dengan berjalannya waktu, langit menjadi lebih terang, lampu-lampu mulai dipadamkan, dan anak-anak kecil mulai bermain air bersama ombak. Ya, sepupu-sepupu kecilku mulai tak sabar bermain ombak sejak sesampainya kami di pantai ini. Dengan pengawasan pamanku mereka bermain. Tak takut akan kedinginan, tak takut dengan mulai derasnya ombak. Aku menikmati pemandangan seperti ini. Tawa kecil mereka, lari-lari kecilnya takut terkena ombak. Dan pada waktu yang sama pula, para orang dewasa sedang belanja ikan-ikan segar di tempat pelelangan ikan, dan yang lainnya mulai memasak nasi dan sarapan bagi kami semua.
Di saat ombak mulai membesar karena angin yang begitu kencang, saat itu pula beberapa perahu nelayan mulai berdatangan setelah mencari ikan semalaman. Sebuah kejadian yang tak pernah terbayangkan terjadi. Sebuah perahu nelayan yang baru saja datang terhantam ombak besar hingga mematahkan sayap kanan kayu penyeimbang perahu dan menumpahkan semua ikan-ikan hasil tangkapan. Saat itu juga sepupuku memintaku untuk mengambil videonya, maka saat itu pula aku merekam beberapa menit perjuangan perahu nelayan itu setelah hampir hancur terhantam ombak untuk bisa mencapai bibir pantai dengan bantuan orang-orang di sekitar.
Sebuah tragedi yang mungkin akan sulit aku lupakan dalam hidupku. Sebuah pemandangan baru, betapa masyarakat di sekitarku ternyata masih memiliki rasa gotong royong dan tenggang rasa yang besar antar sesama. Aku terenyuh, hampir menangis. Semoga Allah memberikan kita semua limpahan Rahmat dan Karunia-Nya selalu dan semoga rizky yang halal selalu kita terima dengan usaha yang ikhlas.
Beberapa waktu setelah itu, orang dewasa sudah kembali dari pelelangan dan mulai mempersiapkan berbagai peralatan dan bumbu-bumbu yang akan digunakan untuk memasak. Pukul 08.00, kami menyantap hasil masakan itu bersama-sama, tersedia ikan goreng bumbu kecap, ikan kakap kecil bakar, udang dan cumi goreng, semur jengkol dan sambal yang luar biasa pedasnya menemani sarapan pagi kami. Luar biasa nikmat dan kenyang.
Setelah menikmati sarapan, anak-anak bersama beberapa orang baik yang remaja hingga dewasa mulai berenang dan bermain ombak. Dengan ataupun tanpa selancar kami berbahagia bersama. Menikmati arus ombak yang semakin deras dengan angin yang cukup kencang juga kami tertawa bersama. Hingga siang hari kami terus bermain sampai merasa puas, ditemani sengat sinar matahari yang siap menghitamkan kulit kapan saja. Setelah puas, kami mulai membersihkan diri masing-masing, bersiap untuk memulai perjalanan berikutnya. Dan karena waktu pula yang akhirnya memisahkan kami dengan pantai, dengan segala keindahannya yang takkan pernah kami temukan di kota tempat tinggal kami.
Sampai jumpa Pelabuhan Ratu, semoga dilain waktu dan kesempatan kita dapat kembali mengunjungimu dengan kisah yang berbeda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Resep Bunda Catering Bandung

Berawal Dari Keahliannya dalam PERTANIAN